Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

Istri Kebanggaan

Gambar
Windie (18 tahun), anak tunggal dari seorang kaya raya, seorang gadis metropolis yang terbiasa dengan kehidupan mewah perkotaan. Sejak kecil orangtuanya selalu memanjakan. Hingga akirnya ketika besar ia menjadi seorang yng egois dan menjadi raja di rumahnya sendiri. Namun karena teramat sayang, orangtuanya selalu mengalah. Ketika beranjak kuliah, hampir tiap malam Angi tak pernah ada di rumah untuk bersenang-senang dan menghabiskan uang orangtuanya. Hampir tiap kesempatan, jika ia berkenalan dengan lelaki, ia melakukan hubungan seks. Sudah banyak pria yang mengajaknya tidur dan bersenang-senang. Windie selalu mau, karena ia menganggap hal itu adalah hal yang wajar jika hidup di era globalisasi yang semuanya sudah serba canggih. Suatu ketika Windie merasa badannya lemas, kepala pusing, dan selalu ingin muntah. Ia pun panik bukan main ketika ia mengetahui kalau ia hamil. Sebenarnya Windie sudah berusaha menutupi kehamilan itu dari keluarganya dan berniat menggugurkan kandungannya. Namun,

TENTANG RASA -2

Tentang Rasa dan Kebijakan Kostan , 19 April 2004, Beranda Kostan. ”Apa gue bilang, cinta itu seperti kentut. Datangnya cepat dan perginya juga cepat. Hanya baunya saja yang menusuk di awal. Ada angin sedikit juga hilang.” Kata seorang laki-laki sambil menyalakan rokoknya yang tinggal satu batang. Dahinya mengerut, bibirnya tersenyum, tetapi terasa pahit. Sementara itu asap terus saja keluar dari mulutnya. Tubuh laki-laki itu kecil dan kurus. Sementara rambutnya panjang tak terurus. Pakaian yang dikenakannya pun cukup sederhana. Stelan jeans yang telah bolong di mana-mana dan kaus berwarna biru yang jahitannya hampir lepas. Meski begitu ia adalah pemuda pendiam dan cukup introvert. Dalam hidupnya tak pernah ada kata cinta. Tak pernah ada gadis yang singgah di hatinya. Laki-laki itu bernama Erick. Di samping Erick duduk Rendi, pria berperawakan tegap, dengan pakaian rapi, dan rambut yang klimis duduk lemas. Ia termenung menatap langit yang mulai hitam. Ia tak menanggapi apa yang dik